Senin, 30 Mei 2011

santri al hikmah

A.   Esensi Kehidupan Manusia

Manusia adalah ciptaan Allah SWT yang paling sempurna. Kita dianugerahi “akal” yang tidak dimiliki hewan. Kita dianugerahi “fisik atau jasmani”, berbeda dengan jin. Kita juga memiliki “nafsu”, yang tak dimiliki Malaikat.

Nafsu tidak hanya bersifat negatif. Nafsu juga banyak yang bersifat positif. Nafsu yang positif akan memunculkan semangat dan motivasi dalam diri manusia. Dengan adanya dorongan dari semangat dan motifasi tersebut, manusia akan membuat manusia bekerja lebih keras, lebih baik, dan lebih cepat dari sebelumnya. Karena itulah manusia dapat dikatakan “makhluk paling sempurna” di muka bumi.

Dengan adanya kesempurnaan yang “dijabat” oleh manusia, tentulah manusia mendapat “kewajiban dan tanggung jawab” yang besar pula. Esensi penerapan dari kedua hal tersebut berhubungan dengan Allah SWT, diri sendiri dan sesame makhluk Allah.

Kewajiban manusia kepada Allah SWT, pastilah dalam hal “Ibadah dan Keyakinan”. Sedangkan kepada diri sendiri adalah dalam hal “Makan- minum, pakaian dan Akhlak”. Dan kewajiban manusia terhadap sesame makhluk Allah, adalah dalam hal hokum, sanksi, dan mu’amalah.

Allah SWT memerintahkan manusia untuk memjalankan kewajiban sebenarnya adalah untuk kepentingan kita sendiri. Kita akan memperoleh derajat yang mulia jika kita melaksanakan kewajiban kita dengan sebaik-baiknya. Harus selalu diingat, bahwa Allah tidak membutuhkan ketaatan manusia, tetapi kitalah yang membutuhkan taat kepada Allah SWT.

Dalam surat At-Tin disebutkan
ا

“ Sungguh telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka mereka aknan mendapatkan pahala yang tiada putus-putusnya.”

Dapat kita lihat bahwa dalam ayat di atas, kita harus melakukan beberapa hal agar kita tidak dikembalikan pada “tempat yang serendah-rendahnya”. Tempat itu adalah “Neraka”. Na’udzubillah…..

Hal-hal yang harus kita kerjakan yaitu Beriman dan mengerjakan kebajikan.
Apakah Beriman itu?
Dalam kitab Tanqihul Qoul : 13, disebutkan
“Qoola An-Nabiy SAW : Al-iimanu ma’rifatun bil qolbi, wa qoulun bil lisaani, wa ‘amalun bil arkaani.”
“Nabi bersabda : Iman adalah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan (lidah), dan mengerjakan dengan anggota badan”.